[0022] KOMITMEN

APA KOMITMEN TER-PENTING YANG MASIH KAMU PEGANG DAN JALANI SAMPAI HARI INI?
.
.

"Ngomongin komitmen itu basi." Komentarnya ketus.

"Ya, basi buat mereka yang gak punya hati." Jawab saya dingin, saya gak mau menjawab komentar itu pada orang bebal dihadapan saya ini.

"Kok bisa?" Dia masih berusaha mengompori saya.

"Ya. Karena kalau bilangnya punya komitmen, tapi gak dijalani, apalagi bilang komitmen itu basi. Berarti gak bisa menghargai orang lain yang berusaha sepenuh hati, sekuat tenaga buat menjadi baik." Hanya kalimat itu yang terlintas dalam benak saya. Rangkaian kata yang semalam sudah saya susun rapi, mendadak lenyap.

"Kamu memangnya punya komitmen apa, sampai berpendapat begitu?" Kali ini dia mengurangi nada sinisnya.

"Saya adalah manusia yang bertanggung jawab pada hidup saya, dan saya juga diamanahi nyawa-nyawa baru yang harus saya hantaran ke surga nantinya. Saya berkomitmen, sekalipun saya harus bekerja, mencari nafkah, menghabiskan banyak waktu untuk melayani hidup orang banyak, saya akan memilih pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah, atau sekalipun saya harus keluar rumah, anak-anak saya kelak, akan ada dalam pantauan saya 24 jam."

Dan saya ditertawakan, tertawa yang terbahak-bahak, dengan nada sinis dalam prasangka saya.

"Memangnya bisa? Pekerjaan apa itu yang bisa mengawasi anak-anak 24 jam?" Dia meninggikan nada bicaranya hampir dua oktaf.

"Akan selalu ada jalan untuk mereka yang percaya dan selalu berusaha." Saya memilih mengakhiri obrolan itu dengan meninggalkannya. Sebelum pipi saya kembali basah, karena harus merasa kasihan pada dia yang hanya sanggup mencibir setiap sikap dan keputusan orang-orang yang tidak sependapat dengannya.

.

.phy.
Kisah