Powered By Blogger
Jangan lupa tinggalkan pesan anda dan komentar anda setiap kali berkunjung ke halaman ini ya.....

Tuesday, October 23, 2018

[0023] Cokelat

Seperti menabung cokelat di surga.
Karena setiap kebaikan pasti berbalas kebaikan.
.

.
Sebenarnya, memotifasi anak melakukan kebaikan tanpa berharap imbalan itu seperti belajar mengenal a, i, u, e, o satu per satu tanpa boleh bosan sekalipun.

Jangan berhenti, jangan mengeluh, dan selalu temukan cara baru saat anak mulai merasa seperti tak mendapatkan hasil.

Nilai rajin dan tekun itu sudah saya uji-cobakan kepada kedua anak saya (karena yang ketiga masih bayi, jadi dia belum ketiban eksperimen-eksperimen ajaib saya).

Saat anak pertama, saya masih sangat santai dalam mengerjakan banyak hal. Masih nanti-nanti, kadang dibiarkan menumpuk lama, atau seringnya saya terimbas pada kelakuan anak yang jadinya selalu menjawab "sek" (bahasa jawa : sebentar/nanti) atau "moh" (bahasa jawa : tidak mau).

Walau hal itu adalah kebaikan, tapi segalanya pasti ditunda mengerjakannya, atau dilaksanakan dengan terpaksa karena sebenarnya enggan.

Iming-iming hadiah, memperparah keadaan. Kalau tidak ada hadiah langsung, maka pasti akan ditolak 100%.

Ya, saya sangat terlambat mengenalkan konsep kebaikan berbalas kebaikan nantinya pada anak pertama.
.
.


Alhamdulillah, anak ke-2, saya sudah bisa lebih fokus memberi pemahaman. Dan stimulus kebaikan berbalas kebaikan di surga kelak itu sudah diberikan sejak awal.

Anak tengah ini sangat suka gula-gula, permen, cokelat, dan sekawanannya. Namun untuk mencegah reaksi hiperaktif akibat gula, juga menanggulangi masalah karies gigi atau batu akibat segala macam perisa. Saya selalu mengatakan pada Mas (begitu saya memanggilnya di rumah), bahwa "setiap kebaikan yang kita lakukan sekarang, seperti menabung cokelat di surga."

Hahaha, awalnya dia banyak bertanya, apa itu surga, ada apa saja di surga, sampai kapan kita ke surga.

Tapi dengan bertambahnya usia, dan meningkatnya nilai pemahaman, sekarang jauh lebih mudah mengajak si Mas melakukan kebaikan, tanpa harus ada imbalan langsung. 

Seperti saat harus pergi ke masjid, maka saya hanya mengingatkan, "Mas, nanti tabungan coklatnya di surga gak bertambah kalau mas malas ke masjid. Karena laki-laki itu hukumnya wajib shalat di masjid."
It's work.
.
.


Hah, jangan dilihat sebagai cara membohongi anak. Karena hari ini, didunia yang serba canggih dan sekejapan mata semua ada, entitas surga itu jadi seperti dongeng saja.
Namun sebagai manusia beriman yang harus yakin hari akhir, surga, dan neraka itu ada, maka ini cara saya mengenalkannya pada anak-anak saya.



.phy.
#CeritaBunda

4 comments:

  1. Saya juga gitu kok mbak, suka merayu anak-anak dengan nikmatnya surga setiap kali malas solat atau ngaji. Padahal saya sendiri gak tau surga itu seperti apa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setiap kita ada fasenya, memberikan pemahaman, lalu belajar lagi.
      Soal tau tidak bagaimana surga dan seperti apa disana, nanti kita lihat sama-sama setelah 'yaumil hisab'.
      Insya Allah.

      Delete
  2. Saya juga telat mengajarkan Palung agar bersegera jika diminta melakukan sesuatu, yah mestinya sejak balita demikian,. Sekarang ia malah suka menunda-nunda. Konsep Mbak di atas bisa jadi masukan untuk saya. Semoga saja Palung berubah. Tak merasa terpaksa kalau diminta salat atau ngaji. Bilang soal menanbung di surga dulu agar lama-lama terbiasa. Makasih, Mbak.
    Salam kenal, ya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal, mbak.
      Terimakasih sudah berkenan menjejak disini.

      Delete

tinggalkan pesan dan komentar anda disini