[0025] Batas

"Kalau mau tumbuh, siap-siap GAK NYAMAN. Kalau mau nyaman, siap-siap GAK TUMBUH"
((Dewa Eka Prayoga))
.

.
.
.
Ada banyak hal yang kemudian memaksa saya untuk keluar dari kotak nyaman hidup saya.
Ya, saya sudah terlalu lama bersantai, tidak menghasilkan karya apapun.
Saya hanya mengikuti apa yang disuruh orang-orang disekitaran saya, "nikmati saja hidupmu." Dan saya bersantai, tanpa merasa bersalah.
.
.
Kenapa harus merasa bersalah?
Dikemudian hari, ketika otak saya kembali bekerja, saya menyadari saya salah, karena saya hanya bergantung pada manusia di sekitar saya. Saya jadi kurang bergantung pada-Nya, Sang Pengatur Hidup.
Karena ketika manusia sangat bergantung pada-Nya, maka tidak ada kesempatan bagi manusia itu untuk bersantai, duduk diam, dan tak menghasilkan apapun (selain tumpukan sampah dalam perut).
.
.

Ya, ada batas-batas dimana saya bersyukur masih diberi kesadaran hidup oleh-Nya. Saya dibangunkan dari keterlenaan saya akan sikap bergantung pada manusia, yang menjanjikan hidup nyaman buat saya selamanya.

Hahahaha...
Karena ketika manusia menjanjikan sesuatu, dan itu tidak karena ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, maka janji itu akan bisa di-palsu-kan, dibatalkan, dianulir, atau diingkari.

Kemudian, daripada itu semua. Sebagai manusia, kita juga punya batas dimana kesadaran sebagai hamba-Nya lah yang akan menjadikan kita bertumbuh.
Semakin taat, semakin shalih, semakin kaya, semakin sukses, semakin dan semakin baik lagi.

.
.

Kalimat-kalimat ini akan sulit dipahami oleh mereka yang masih tinggal di kotak nyaman hidupnya.

Tapi saya yakin, setiap ada keimanan dan kesadaran ber-tuhan dalam hati kita, maka kita pasti akan bisa menemukan batas ; untuk kemudian keluar dari kotak itu, lalu bertumbuh jadi manusia yang lebih baik dari kemarin dan hari ini.

.

.phy.