[0026] Anjungan

Dari banyak potongan cerita, yang berkesan tinggal di anjungan, selebihnya pergi terbang melayang tanpa bayangan.
.

.
.
Setiap jiwa adalah rumah yang bernafas
Mengisinya haruslah dengan yang terbaik, agar ia tetap nyaman ditinggali lama
Sendiri atau berkawan didalamnya adalah menghadirkan kebahagiaan yang berharga

.
Rumah-rumah yang bernafas itu, selayaknya bangunan, dia butuh jendela, pintu, ventilasi, juga banyak ruang yang lapang
Ah, ya... Sekalipun rumah kecil, jika dia memiliki pencahayaan yang bagus, pintu yang mengizinkan udara lewat lepas, juga langit-langit yang tinggi, maka ia juga akan berkesan luas, lapang
.
Jiwa itu bernafas sepanjang dia bernyawa
Dan yang bernyawa itu hidup dalam ketenangan jika ada bahagia
.
Rumah yang bernafas berisikan bahagia
Ah, bagaimana bisa seperti itu?
Ya, saat bernafas pasti akan ada bahagia didalamnya
Ketika sang pemilik rumah memberikan isi-isi yang sesuai, tepat, berwarna indah, juga menghadirkan nyaman
Ya, kesan nyaman
.

Segala yang berkesan akan tinggal di anjungan
Walau yang lainnya sempat singgah, namun yang berkesan lah yang akan tetap ada menyisipkan bahagia di sudut-sudut ruangnya
.
.

Jika jiwa itu bisa bicara
Maka rumah yang bernafas pun akan mampu memberikan kata-kata
Dengan apa?
Dengan semua isinya
Kasur yang rapi tertata saat pagi dan dapur yang berantakan usai sarapan
Musik yang mengalun mengisi senyap dan tawa canda di sela waktu rehat
Bahkan aroma kopi atau sampah akan memberikan kata kejujuran tentang rumah itu
Tentang jiwa itu
.
.

Jika jiwa adalah sebuah rumah yang bernafas
Dia akan mampu digambarkan sebaik-baiknya dengan satu tarikan garis bibir
Tersenyum kah
atau
Merengut

.
.

-phy-