Powered By Blogger
Jangan lupa tinggalkan pesan anda dan komentar anda setiap kali berkunjung ke halaman ini ya.....

Friday, February 08, 2019

[0053] Mengendalikan diri

Apa pendapatmu tentang konsultasi ke psikiater atau psikolog?
.
Gila?
.
.

.
Mungkin bagi kebanyakan orang begitu, apalagi yang biasa nonton sinetron atau film 'acakadul' yang gak ada penjelasan riset atau medisnya.
.
.
Tapi beberapa pengalaman mengajarkan pada saya, dalam kondisi tertentu, kita memang membutuhkan bantuan ahli, ketimbang jadi sok pintar dan menebak-nebak suatu kondisi yang abstrak dalam pemahaman kita.
Padahal ada ilmunya.
.
.
Cerita ini saya samarkan tokoh dan tempat kejadian. Hanya garis besarnya saja yang saya jabarkan.
Dengan maksud, memperkuat alasan, kenapa seseorang harus berkonsultasi pada yang ahli.
.
.
Kisahnya dimulai dari sepasang suami istri yang tidak terlalu muda, usia mereka awal 40. Si suami mengalami gejala "Post Power Syndrom" setelah berhenti bekerja dari sebuah perusahaan besar, posisi akhirnya waktu itu adalah direksi-muda. Alasan dia berhenti (resign) adalah, karena merasa visi - misi nya tidak sejalan dengan anggota direksi yang lain.
Pekerjaan sang suami berikutnya adalah mengajar di sebuah lembaga pendidikan tinggi (dosen) swasta di kota tempat mereka tinggal.
Sebut saja sang suami, Abi.
.
Sang istri adalah ibu rumah tangga. Memiliki bisnis sampingan, katering rumahan. Karena hobinya memasak, dia mengembangkan banyak resep, mulai dari jajanan sampai pelengkap makanan.
Resepnya biasa dibeli putus oleh beberapa perusahaan, untuk kemudian di franchise-kan. Dia biasa disapa dengan, Key.
.
Satu tahun sejak Abi berhenti dari pekerjaan utamanya, Key otomatis mengalihkan semua perhatiannya pada sang suami. Bisnisnya tidak lagi menjadi prioritasnya. Bahkan dia menolak lebih dari dua puluh penawaran dalam setahun. Tapi Abi tidak menyadarinya, yang dia tau, Key tampak semakin konsumtif.
.
Padahal alasan yang jelas adalah, karena Key sudah tidak lagi punya penghasilan sendiri, yang sepanjang masa pernikahan mereka, Key selalu memenuhi semua keinginannya dari penghasilannya sendiri.
.
Biaya sekolah dua anak mereka yang duduk di bangku SMP dan SMA tetap jadi prioritas Key. Bahkan Key merinci semua pengeluaran dan pemasukan mereka ber-4. Tapi karena penghasilan Abi tidak lagi sebanyak dulu, dan pengeluaran untuk kebutuhan anak-anaknya tidak lagi sedikit, itu menjadi "keterdesakan" bagi Abi. Dia merasa diteror oleh Key.
.
Tahun ke-2 Abi menjadi dosen, Key merasakan hal yang tidak wajar. Abi mulai menyembunyikan diri. HP di password, kamar selalu dikunci, bahkan mereka tidak lagi tidur sekamar. Abi banyak menghabiskan waktunya untuk keluar malam, dengan dalih cari proyek, bertemu kawan lama atau relasi untuk lobi-lobi.
.
Kepada anak-anak Key menahan diri, sebenarnya dia lelah. Namun dengan sangat sadar, dia paham, mengeluhkan kondisinya pada anak-anak bukan solusi. Terlebih jika harus merepotkan orang tua nya yang sudah sepuh. Dan Key merasakan sesak yang sangat, ketika suaminya hanya berdiam diri di rumah.
Bukan sehari-dua saja Abi bisa mengurung diri di kamar. Berhari-hari.
Yang dia lakukan? Tidak ada.
Main ps dengan si abang, atau ngobrol ngalor ngidul dengan si kakak.
Jika diingatkan tentang pekerjaan, Abi akan marah dan mengurung diri lagi di kamarnya.



.
Suatu hari di ulang tahun pernikahan mereka ke sekian belas, Abi mengalami kecelakaan. Gagar otak ringan dan retak tulang lengan. Semua pembiayaan berobat Key keluarkan dari tabungannya. Dia tau, suaminya tidak punya simpanan apapun, karena Abi selalu menyerahkan semua gajinya pada Key untuk dikelola.
Bisa jadi, ketika kemudian dia pensiun, Abi hanya berfikir, Key sudah menabung banyak. Dan sepanjang dua tahun itu, dia tidak pernah memberikan uang belanja pada Key.
.
Lebih dua bulan masa pemulihan Abi. Key mulai merasa semakin tidak nyaman. Abi menjadi-jadi sikapnya. Membentak, bicara kasar, main suruh suka-suka, dan bahkan tidak lagi bertanggung jawab pada kebutuhan dirinya sendiri.
Makan minta dimasakkan kesukaannya, padahal uang belanja tidak ada.
Pakaian yang sudah disiapkan pun jadi alasan dia boleh marah pada Key. Isi lemari diberantakan. Dan yang lebih parah, adalah dia menagih jatahnya sebagai suami tanpa melihat dan mendengarkan kelelahan Key.
.
Hingga kemudian, Key mulai mendiamkan, mengabaikan keberadaan Abi di rumah.
Ada, ya sudah. Tidak ada, ya biarlah.
.
Tahun ke-3 Abi resign, dia semakin jarang pergi ke kampus untuk mengajar. Alasannya, jam mengajarnya sedikit.
Namun Key sudah sampai pada ambang batasnya. Dia memulai lagi bisnisnya, mengerjakan pekerjaan rumah tangga semampu-nya. Masak se-adanya. Dan semakin lama komunikasinya dengan Abi semakin minim.
.
Key menahan diri, mengendalikan semuanya dalam pikirannya sendiri. Mencoba semua teori pengendalian diri, menciptakan bahagia, yang dia tau.
Sampai pada suatu hari, Abi Membentaknya, bicara kasar. Lalu pergi.
Dua anaknya melihat kejadian itu, Key meledak.
Menyuruh anak-anaknya masuk kamar, dan tidak mengizinkan mereka keluar.
.
Malam itu Key menangis, tidak bisa tidur hingga pagi. Tubuhnya lelah. Penat dan jengah memicu stres pada tubuhnya. Diare sepanjang satu minggu berikutnya. Nafsu makannya mendadak hilang.
Hari itu, sebelum benar-benar ambruk, diantar kedua anaknya menumpang taksi. Key dilarikan ke rumah sakit.
Dehidrasi.
.
Tanpa Key sadari, badannya terus menyusut. Berat badannya turun lebih sepuluh kilo dalam dua tahun terakhir.
Lima kilo berikutnya dalam satu bulan terakhir.
.
Abi kemana?
Ntah, lah.
.
Dalam masa perawatan di rumah sakit itulah akhirnya Key memberanikan diri menemui psikiater.
.
Pertanyaannya hanya satu.
"Sesakit apa saya?"
.

.
.
.
.
Ada banyak alasan kenapa saya kemudian ingin menuliskan kisah ini.
Ya, karena pengendalian diri itu kadang salah.
Banyak orang yang bilang, kurang iman, kurang bersyukur, tidak percaya tuhan.
Bukan itu saja sebenarnya.
Karena dalam kehidupan kira-kira ada "hablum-minallah" dan ada "hablum-minannaas" yang harus seimbang.
.
Kerusakan-kerusakan yang bisa saja terjadi saat seorang manusia menahan diri itu bisa ditangani secara medis.
Tinggal mau atau tidak.
.
.
.
.
Kelanjutannya? Apa kata psikolog tentang kondisi Key? Nanti saya tuliskan lagi kalau sudah mood...


.salam.
.phy.
#jagalahhati

9 comments:

  1. Waah pake bersambung pula, pas lagi enak2 baca dan menghayati. Ditunggu kelanjutannya, mbak

    ReplyDelete
  2. Saya koq kesel ya sama suaminya itu ,mungkin seperti yg kebanyakan orang bilang kurang iman dan kurang bersyukur, tapi ntahlah saya mendengar dr sudut pandang Key saja, dari sudut pandang Abi saya tdk tau, tidak ingin judge lebih dalam sih, karena memang dalam pernikahan ada saja masalah seperti ini, yg bikin gara2 adalah uang..huftt

    ReplyDelete
  3. Aku tunggu lanjutannya. Heran. Pdhl dosen harusnya berpendidikan. Sigh...

    ReplyDelete
  4. Lanjut kak. Yaampun aku penasaran sekali. Baru awal baca langsung tertarik. Sangat bermanfaat kak

    ReplyDelete
  5. Ya ampun, ternyata bersambung. Aku tunggu lanjutannya ya mbak...

    ReplyDelete
  6. Lagi seru dibaca tiba-tiba digantungin, kaya doi yang suka ngegantung #eeh aku tunggu lanjutannya!

    ReplyDelete
  7. Bersambung.... kisahnya seru. Aku sedikit merasa sedih mendengar ini

    ReplyDelete
  8. Jadi ingat diri sendiri. Terhadap ibu kandung berupaya menahan diri dan berulang kali memaafkan meski tindakannya sangat keterlaluan dan tak bertanggung jawab karena dari sebelum menikah dengan bapak sudah punya watak toxic serta senang memutarbalikkamm kata-kata dengan fitnah dan dusta. Dia tak punya kendali diri, selalu berbuat sesuka hati dalam menyakiti siapa saja tapi tak merasa salah. Juga kerap main usir para pengontrak rumah sampai anak-anaknya. Puncak depresi saya adalah kala dia menjuat tanah tempat tinggal rumah saya dengan alasan utang piutang, lalu uangnya dimubazirkan. Seakan hidupnya adalah semacam hujuman, terus menerus memburu materi sampai menemui kebangkrutan dan kebinasaan karena melilitkan diri pada riba dari sejak suaminya masih ada dan tidak tahu. Tidak bersyukur dengan apa yang dimilikinya, menghabiskan semua peninggalan suaminya untuk ambisi tak berfaedah. Saya lantas ambruk pada jpertengahan tahun 2014, menumpahkan semua amarah dengan tantrum. mengutuk dirinya. Sampai orang sekampung menghakimi saya. Dibilang macam-macam kayak kurang iman. Coba apa mereka akan tahan tinggal dengan toxic parent yang hatinya jauh dari rasa syukur? Yang dikendalikan nafsu melulu sampai akal sehat serta hati nuraninya raib. Kendali diri penting, namun jika seumur hidup sudah dalam pola memaafkan malah diulang, memaafkan diulang lebih parah, memaafkan diulang sangat sangat sangat parah; apa yang harus dilakukan? Saya jadi PTSD selama tahun 2014 sampai 2017. Begitu ibu meninggal, PTSD saya sembuh demgan sendirinya. Tapi sedih juga, ada ortu yang menyalahgunakamm posisi diri sebagai istri dan ibu untuk mengkhianati suami dan anak-anak dengan cara yang sangat rumit. Percayalah, kita tak akan bahagia jika hidup dengan insan sosiopat yang tak mau memperbaiki diri karena watak dasarnya telah terbentuk secara mengakar. Namun meminta bantuan pada yang ahli lebih baik.

    ReplyDelete
  9. Do you realize there is a 12 word phrase you can say to your man... that will induce deep feelings of love and instinctual attractiveness for you buried inside his chest?

    Because hidden in these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, worship and guard you with his entire heart...

    12 Words That Trigger A Man's Love Impulse

    This impulse is so built-in to a man's mind that it will make him work better than ever before to to be the best lover he can be.

    In fact, fueling this mighty impulse is so binding to getting the best possible relationship with your man that the moment you send your man one of these "Secret Signals"...

    ...You will instantly find him expose his mind and soul for you in such a way he never experienced before and he'll identify you as the one and only woman in the universe who has ever truly understood him.

    ReplyDelete

tinggalkan pesan dan komentar anda disini