Powered By Blogger
Jangan lupa tinggalkan pesan anda dan komentar anda setiap kali berkunjung ke halaman ini ya.....

Wednesday, December 21, 2022

[0062] GERIMIS 30 HARI (day 1-5)

 

1. Hujan

Ketika Desember kembali pada lingkaran garis waktu yang bergulir di hidupku,
maka ada satu hari dimana semua rasa mengurungku. 
Membuatku beku,
tak mampu bergerak.
Mereka menamai momen itu dengan "trauma".

Hujan tidak pernah salah,
karena dia kembali pada siklusnya.
Perputaran musim dan masa, yang mengantarkannya menemuiku lagi pada Desember.
Hari dimana aku harus menghadapi kehilangan demi kehilangan.

Satu per satu kepergian menghisap darahku,
mengeringkan danau air mataku,
saat aku bergelung dalam buntalan selimut.
Dan aku berharap, ada cerah esok yang menyambutku dengan rindu.


2. Tak ada mendung hari ini

Keramaian kota kembali, jalanan padat. Semua terasa merayap.
Terlalu pelan dan lambat.
Namun ternyata waktu terus bergulir,
tak sempat berhenti sesaat,
untuk sekedar rehat.

Cepat, cepat, cepat.
Sekalipun langit tak menunjukkan gairah, semua juga tetap berjalan seperti biasa.
Kendaraan mengantre bagai 'ular naga panjangnya, bukan kepalang.'
Aku masih sendiri,
menunggumu pulang.

3. Sendiri

Tidak ada yang salah dengan sendiri,
ketika sibuk adalah rutinitas
pada untaian waktu yang mengikat.
Tidak ada yang bertanya,
karena semua memang harus dikerjakan sendiri.

Bahkan kadang dalam sendiri,
kita jadi bertanya pada otak di dalam kepala ini,
"Apa aku sudah makan hari ini?"
Fokus dan kembali menikmati sunyi,
pada sendiri yang menemaniku seorang diri.
Sedang bersama siapa kamu hari ini?



4. Selimut
Kalimat acak menyeruak kala kusibak selimut yang membungkusku semalam bagai cangkang kerang.

Hangat yang bercampur udara segar mengubah rasa hati seketika, saat angin pagi menerobos jendela kamar.

Sudah berapa hari sejak Desember kembali?

Aku menatap pada jam dinding yang tersenyum miring.
Jam delapan lebih lima belas menit.

Selimut yang terserak di lantai mengingatkanku pada setangkup rasa rindu semalam.

Senyuman dan genggaman tangan itu, bukan mimpi.

Sinaran matahari pagi mendadak redup.
Ah, ya. Ini masih Desember.
Mau tak mau, suka tak suka, aku tetap harus kembali bekerja.

Kuraih ujung-ujung selimut, menyatukannya dalam satu lipatan rapi, dan bersegera untuk pergi.

5. Lembab 

Sekali ini, aku memaafkan perpisahan yang harus terjadi.
Sekali ini, akan kuampuni semua alasan yang membuatmu harus pergi.
Cukup, sekali ini saja, dan tak akan pernah kuungkit lagi lain hari.

Karena kamu adalah cinta terbaikku, 
yang mampu membuatku luluh lantak dengan satu tatapanmu.
Karena kamu adalah kenyamanan terbaik yang pernah kudapatkan, dengan genggaman eratmu.
Karena kamu adalah kamu, yang mampu membuatku percaya, bahwa puisi dan kata-kata indah, adalah ungkapan kejujuran dengan ketulusan abadi.

Sekali ini, kurelakan kamu mengucap perpisahan, yang tak akan hilang goresnya, hingga Tuhan mempertemukan kita kembali di surga-Nya.

Lembab saputangan ini, menjadi saksi.
Tak akan ada air mata lagi esok pagi.

Selamat jalan.
Sampai jumpa lagi.


*Postingan lain ada di akun instagram shafiyyah.
Malang, Desember 2022

No comments:

Post a Comment

tinggalkan pesan dan komentar anda disini