Powered By Blogger
Jangan lupa tinggalkan pesan anda dan komentar anda setiap kali berkunjung ke halaman ini ya.....

Sunday, December 28, 2008

Lelaki Usang (dalam catatan akhir tahun)

Catatan akhir tahun, tentang Tahun penuh Warna


musim hujan, atau kemarau yang datang silih berganti dalam satu tahun ini sungguh memiliki beragam kenangan yang sangat berarti bagiku.
ini bukan sekedar catatan "melankolis" seperti yang dibicarakan Djo padaku beberapa minggu yang lalu. atau tentang bagaimana rasa cemburu yang begitu menggoda hati pada banyak pernikahan teman-teman SMU aku dan dee. Musim dan beragam rona yang hadir silih berganti menjadi komposisi apik jika kemasannya menarik. ini tentang apa dan bagaimana esok dapat dilanjutkan dengan memasang tiang dan pasak hidup dengan benar sekarang. ini tentang cita-cita, impian, dan persahabatan yang menyenangkan yang belum pernah terputus hingga hari ini. kalau sudah baca tulisan "teman yang benar-benar teman" dan "detail komposisi pribadi" di page multiply-ku, menyimak ini tidak akan jadi sulit seperti mengerami ide agar lahir menjadi suatu karya brilian. ini sangat mudah. karena ini juga bukan tentang cinta yang semata-mata karena ambisi duniawi semata.

ini tentang seorang LELAKI USANG


dia seorang yang begitu mengagumkan.
dia lelaki yang berwarna ungu muda... (komposisi merah muda + biru langit cerah) caranya berdiri layaknya rusa jantan yang bersiap mengambil ancang-ancang langkah panjang, tatapannya yang teduh dan dalam dalam hangat aliran Sungai Gangga, dan tutur penuh norma yang menunjukkan dia punya wibawa, layaknya raja yang berkuasa dalam kebijaksanaan. dia adalah lelaki dengan ketangkasan dan tanggap pada sesuatu yang menjadi tanggung-jawabnya, tanpa menawar sesuatu yang menjadi kelayakan. caranya bekerja dan menyelesaikan masalah, menunjukkan kemampuannya menguasai diri dari emosi yang membutakan logika. dan setiap gerak lakunya menggambarkan dengan jelas, besar ke-imanan yang dimilikinya sebagai seorang hamba Tuhan. dia adalah lelaki dengan kehangatan yang terlukis jelas dari senyumannya, dan begitu jujur dengan setiap tutur yang terucap, tanpa bisa disangkal, karena dia bukan aktor handal layar kaca. tidak pernah terlintas keangkuhan karena kebaikan yang dikaryakannya, karena dia tidak pernah menarik lengannya dari lusuhnya si miskin, dan dia tidak pernah membentangkan tangannya dengan kesombongan untuk menyingkirkan setiap lawannya. karena dia semua menjadi lebih baik setiap harinya. meski dia tampak istimewa, teramat sempurna... sungguh, tak ada mahluk Tuhan yang sempurna di muka bumi ini.
dia masih bisa menangis tersedu dalam sujud-sujud malamnya, dia yang tidak pernah menjadi mengerti, kenapa seringkali kehilangan menjadi bagian dirinya. hingga dia akan selalu saja merasa asing dengan dunia yang seakan-akan pantas untuk terus dikejar. dia masih sering kembali ke-rumah masa depan, menemui ayah dan bundanya yang telah lama berpulang, mereka yang belum sempat menyaksikan kesuksesannya, dan sesekali dia akan mengganti kemeja dan jasnya dengan kaos usang, dan turun ke tepi sungai. dimana dia akan bertemu dengan sahabat lamanya yang saat ini hanya mampu menjadi pengepul barang bekas dan menjualnya kembali pada pabrik daur ulang miliknya. sesekali dia akan menangis saat melewati jalan panjang boulevard kota-nya yang dihiasi taman-taman indah, dimana keindahan itu mungkin sekejap saja akan hancur jika manusia tiba-tiba lupa pada Peng-Karya Kehidupan Dunia ini.
kali pertama, aku menemukan sosoknya berkaos usang dengan celana jeans lusuh yang sudah tak biru lagi. dia sedang duduk di salah satu bangku panjang taman kotaku. aku duduk didekatnya, dengan kamera DSLR terbaruku, sibuk mencatatat beberapa gambaran indah, dan menggoreskan pinsil mewujudkan sketsa-sketsa pada frame yang akan ku lampirkan pada karya Tugas Akhir-ku. sebuah album dan buku Esai fotografi tentang kotaku. dia melirikku sekali, lalu menyapaku ramah. dari caranya menyapaku, aku tau dia bukan preman, seperti dandanannya yang terlihat di hadapanku. dan dia bertanya tentang apa yang sedang aku kerjakan. aku menyodorkan buku sketsaku padanya, dan dia tersenyum ramah menjawab sketsa-sketsa yang ditemukannya pada halaman-halaman bukuku.
"ada begitu banyak keindahan dalam kehidupan ini yang saya temukan, tapi goresan-goresan ini sungguh sangat memikat. kamu pasti bisa lulus dengan nilai terbaik."

ada doa yang terhatur dari seseorang yang baru saja aku kenal, belum lima menit. dan dia membiarkanku mengambil fotonya, gambar sosoknya yang menatap keindahan taman kota.

setengah tahun berlalu, penyelesaian sepuluh ribu frame, jutaan huruf yang terangkai pada kata yang menjadi kalimat, dan sebuah karya tugas akhir yang siap di pamerkan. aku mempostingnya pada catatan-ku di dunia maya. sambil berdoa dalam hati, agar lelaki usang itu datang.
karena aku tak pernah bertanya siapa namanya, apa pekerjaannya, atau dimana dia tinggal. sekali itu pertemuan kami, dan setiap kali aku kembali ke taman kota itu, di waktu yang sama seperti saat kali pertama aku bertemu dengannya, aku tak pernah menemukannya lagi. sepanjang waktu yang kuhabiskan untuk mengabadikan banyak moment dalam frame-frame jingga-ku, tak pernah pernah kutemukan lelaki itu.
satu hari dimana langit teduh, dan awan putih bertaut sepanjang barisan bukit kotaku. pameran karya ku, hari itu.
seorang dengan kemeja biru langit cerah, dan dasi warna senada, memasuki ruang pameran. aku sedang berdiri melayani beberapa pengunjung, menjelaskan beberapa frame yang dicetak besar. sebuah karya yang sederhana tapi punya berjuta makna, itu yang aku ingat dari proses konsultasi panjang dengan pembimbing.
dan satu suara menyapa, bertanya.
"lelaki usang, bagaimana anda mendapatkan satu judul itu?"

satu bagian dalam rangkaian karya-ku, ku beri judul itu.
"dia seorang yang begitu mengagumkan. dia lelaki yang berwarna ungu muda... suatu komposisi dari percampuran warna merah muda dan biru langit cerah. caranya berdiri layaknya rusa jantan yang bersiap mengambil ancang-ancang langkah panjang, tatapannya yang teduh dan dalam, sehangat aliran Sungai Gangga, tutur penuh norma yang menunjukkan dia punya wibawa, layaknya raja yang berkuasa dalam kebijaksanaan."

dan aku menemukan dia sebagai seorang yang bertanya itu.

"saat itu pakaian yang dikenakannya sangat usang, kaos putih yang tak lagi putih, dan celana jeans yang tak lagi biru. dia menghabiskan beberapa saat menemani saya mengambil beberapa frame keindahan taman kota. dia mendoakan saya, dengan karya ini. dan saya ingin mengabadikannya dengan rinci, walau hanya ada satu frame terbaik disini."
dia tersenyum meyakinkanku, seperti caranya tersenyum hari itu, bahwa aku bisa menghasilkan yang terbaik dengan caraku.
air mata yang tiba-tiba memenuhi pelupuk mataku, tak terasa jatuh basahi pipiku. karena kemudian dia membacakannya dengan suaranya yang ramah dan teduh, sebuah bait yang menjadi penjelasan karya itu.
>> dia adalah lelaki dengan kehangatan yang terlukis jelas dari senyumannya, dan begitu jujur dengan setiap tutur yang terucap, tanpa bisa disangkal, karena dia bukan
aktor handal layar kaca. tidak pernah terlintas keangkuhan karena kebaikan yang dikaryakannya, karena dia tidak pernah menarik lengannya dari lusuhnya si miskin, dan dia tidak pernah membentangkan tangannya dengan kesombongan untuk menyingkirkan setiap lawannya. karena dia semua menjadi lebih baik setiap harinya.<<
hari itu juga, hari yang sama saat kali pertama aku bertemu dengannya di taman kota, hari dimana aku menemukan judul untuk karya tugas akhirku. dan hari yang sama di minggu berikutnya saat aku dinyatakan lulus dengan nilai terbaik. dia datang dan memberi selamat padaku. dan tidak akan pernah kulupa, karena sejak hari itu, aku belajar tentang hidup darinya, sangat banyak.

"kadang, dan mungkin terlalu sering manusia lupa. sungguh, kesempurnaan itu tidak pernah ada. karena kata itu hanya milik Tuhan. kita yang manusia, itu menjalani kehidupan, hanya sebagai perlintasan. yang kita miliki itu hanya titipan. tak ada keabadian yang senyatanya perlu dikejar. itu juga yang jadi alasan, kenapa aku berada di taman kota dengan berpakaian usang seperti hari itu. karena apa yang aku miliki hari ini, tak pernah akan abadi. dan apa yang aku katakan padamu hari itu, karena seharusnya semua manusia tau, berusaha itu perlu. dan putus asa tidak akan menjadi solusi bagi apapun yang disesali karena kegagalan mengejar setiap usaha ini."
dia lelaki dengan warna yang begitu indah, memancarkan kehangatan sekaligus ketulusan yang tak akan pernah ada dua-nya. seka
lipun sebuah kata "usang" melekat tentangnya dalam catatanku, tapi untaian kebaikan yang dibagikannya, sungguh tak akan pernah membunuh kebaikan yang dimiliki ke-usang-an sebuah usia.
lalu, apa menurut kalian tentang cerita ini?
ah.. ya.. aku lupa... ini hanya tentang tulisanku ini hanya tentang ungkapan apa yangada dalam hatiku. benar atau tidak? semuanya itu bergantung pada opini masing-masing pribadi, tentang benar atau tidak apa yang ada dalam tulisan ini. karena kebanaran yang hakiki itu hanya semata milik Sang Maha Pencipta Yang Abadi Berkuasa atas setiap kehidupan di muka bumi ini.

Malang, 28 Desember 2008
13:30 wib.

-phy-


(gambar hasil googling, 3 hari untuk selamanya)



No comments:

Post a Comment

tinggalkan pesan dan komentar anda disini