Powered By Blogger
Jangan lupa tinggalkan pesan anda dan komentar anda setiap kali berkunjung ke halaman ini ya.....

Tuesday, June 28, 2005

KE-RAMAH-AN

RAMAH

Aku tak tahu apa artinya, arti sebenarnya. Jadi, aku coba buka kamus bahasa yang aku punya. Ramah berarti baik dan manis tutur kata atau sikapnya dalam pergaulan. Dan kali ini yang ingin aku katakan adalah sesuatu yang berasal dari dalam otak dan sudah kucerna dengan baik, proses penataannya juga aku cuci di dalam hati. Jadi boleh di garansi kemurniannya.
Ramah, buatku adalah satu bentuk ketulusan yang memang tak hanya terlihat dimata, tapi juga terasa dihati, bukan sekedar kata yang manis, tapi juga setiap yang bisa menghadirkan senyuman, tidak cukup dengan sikap, tapi juga dengan evaluasi sifat, dan bukan dalam pergaulan saja, setiap detailnya harus dipertanggungjawabkan.
Kadang, ramah adalah pesona. Tapi keramahan bukan segalanya, karena ramah juga diartikan lain…
Seperti orang yang "tangannya ramah" itu punya arti, tangannya selalu saja melakukan hal-hal yang tidak meyenangkan untuk orang lain, seperti menampar, memukul, atau suka sekali menjahili.

Tapi bukan itu yang ingin aku bahas sekarang.
Ramah itu mungkin tak mudah, apa lagi jika ternyata tidak dari hati. Ramah itu banyak bentuknya, dilakukannya juga dengan cara yang berbeda-beda, tapi pada intinya sebuah ke-ramah-an, adalah bentuk dari sesuatu yang tak bisa ditakar dengan telinga, mata, atau juga otak. Ramah adalah sesuatu yang ditakar dengan hati, begitu membuat tersinggung jika ternyata ketika kita bersikap ramah tapi orang lain menjawabnya dengan sesukanya dan cenderung asal, padahal menurut takaran yang lain, itu sudah ramah.
Aku sudah cukup mencernanya, yang ada dalam hatiku adalah, aku sudah berusaha untuk mencoba dan mengusahakan sesuatu sebaik mungkin, termasuk juga untuk ramah. Tapi sebenarnya keramahanku terlalu mahal, bahkan untuk diriku sendiri. Karena aku cenderung menjadi orang yang keras dan sedikit terlihat kasar untuk takaran perempuan. Bukan karena tak ada yang mendidikku untuk bisa jadi ramah, tapi aku sering jadi tidak ramah karena ada rasa tidak suka yang tidak bisa aku sampaikan dengan kata-kata, dan keluar dengan sebuah sikap, yang dinilai tidak ramah.
Apalah itu…
Sok berprinsip katanya…
Aku memang tidak sehebat itu, tapi aku selalu saja ingin jadi hebat, aku rasa itu wajar dan manusiawi, walau caranya beda-beda. Dan caraku untuk bisa jadi hebat adalah dengan tidak mentolerir diriku untuk melangkahi sebuah prinsip. "Hormati mereka, jika kamu ingin dapat penghormatan, jika mereka memang menghormatimu, jika memang mereka pantas untuk dihormati."
Efek samping dari prinsip itu adalah aku jadi terlihat "tidak sopan, tidak ramah, tidak seperti manusia yang memperjuangkan kehormatan" ketika aku berada dihadapan orang-orang yang tidak bisa melihat diriku lebih dari sekedar penampilan yang tidak wow. Walau pada dasarnya aku tahu, kalau ternyata aku sangat tidak pantas untuk mengisi suatu pemandangan, tapi aku masih tahu diri, aku berusaha menempatkan diriku sebaik-baiknya, tapi tetap saja. Efek samping itu menjadi makananku, bukan hanya karena aku orang yang tidak ramah karena sulit bertoleransi, tapi juga karena aku tidak suka bernegosiasi untuk sesuatu yang lebih prinsipil.
Sudahlah, manusia tak ada yang sempurna. Tak terkecuali aku yang kadang membuat kesalahan dengan selalu saja mencerminkan dunia ini pada duniaku, dunia yang dipenuhi dengan berbagai macam prinsip mengikat dan memaksa, cenderung menekan dan tidak bertoleransi pada hal yang prinsipil. Karena itu, jangan pernah menakar keramahan, kebaikan, kesopanan, ketulusan, kejujuran, dari orang-orang disekitar kita, yang mempunya takarannya masing-masing untuk bisa tetap menjalani, melewati dan menjadikan hidupnya indah. Karena Tuhan Maha Adil. Dia ciptakan "beda" untuk suatu yang lebih berwarna-warni, jadi. Belajarlah berkaca untuk hati dan dirimu sendiri, karena memang dunia tak pernah ramah.
Aku hanya sedang mencoba mengoreksi diriku sendiri, tapi kalau ada yang ingin menegurku, mengingatkanku, meminta toleransiku, aku akan mencobanya. Tidak sulit, asal semua itu terlihat baik dan tulus, walau tak bisa ditakar tentunya. (Tapi setiap manusia pasti punya hati.)
Sekian.

Malang, 13 Juni 2003
19.37 WIB