Saat memandangmu, yang terlintas di benakku hanya satu...
Sesakit itukah jiwamu, hingga selalu hanya air mata yang bisa kamu hadiahkan baginya setiap hari?
Sesakit itukah jiwamu, hingga selalu hanya air mata yang bisa kamu hadiahkan baginya setiap hari?
.
.
Perempuan itu hanya sanggup meng-iya-kan, anggukan kepalanya yang lemah, senyumannya yang pudar perlahan, semu lelah menjadi bayang-bayang di garis wajahnya. Dan ia selalu menggumamkan istighfar disetiap perih hatinya.
Sedangkan lelaki itu masih saja mengumpat dengan sumpah serapah, saat makanan yang terhidang tidak sesuai seleranya, waktu anak-anak berlarian mengisi keriuhan ruang rindu sang perempuan, bahkan ketika seharusnya ada jeda antara salam, dzikir, dan mengangkat tangan bermunajat pada-Nya.
Perempuan itu masih bertahan, dan aku hanya sanggup mendoakannya. Aku tak mampu mengubahnya. Dan perempuan itu lebih memilih bertahan, demi anak-anaknya.
"Aku masih sanggup bertahan, walau dia sesakit itu. Karena Allah tidak akan memberi beban yang tak akan sanggup aku terima." Dan aku mengalah, untuk tidak ikut campur sekarang.
.
.
.phy.
No comments:
Post a Comment
tinggalkan pesan dan komentar anda disini